Jumat, 23 April 2010

Boneka buatan Sarti

"Gggrr...!!!!! Bosannya minta ampyuuunn...!!!!!!" Sarti menendang-nendang angin. Ia sedang berbaring di kasurnya.
"Mama juga, ke Jakarta ikut seminar. Papa, belum pulang kerja. Bi Asih, pulang kampung, anaknya sakit. Kak Fendi, baru pulang nanti malem dari kampus. Bosen-bosen-bosen.....!!!!!!!!!" Sari memukul-mukul dinding kamarnya.

Sarti keluar dari kamarnya dan menggerutu di ruang tengah. KRUYUK! Perut Sarti tiba-tiba berbunyi. "Masak mi, ah." Sarti ke dapur dan memasak mi instan sendirian. Ia menambahkan sedikit sambal di mangkuknya. Dan, walla! Mi buatan Sarti untuk sarti sudah siap! Sarti membawa mangkuk mi-nya ke ruang makan.

"Selamat makan, Sarti." Sarti mengambil garpu dan memakan mi dengan nikmat. Hawa yang dingin, ditembus oleh kuah mi yang hangat. Sarti dengan lahap memakai mi-nya. Saat mi sudah habis, Sarti mencuci piringnya.
"Home alone...." gumam Sarti saat mencuci piring. Selesai mencuci piring, Sarti masuk ke kamarnya.

"Makanan untuk keadaan daruratku. Oke, sebaiknya keripik kentang saja. Mungkin nanti sore, Papa membawa makanan untuk makan malam. Ini adalah keadaan darurat. Perutku masih minta diisi, tapi sudah tidak ada makanan. Dan mungkin, soda? Yap. Sudah lengkap. Saatnya menonton teve." Sarti menutup laci makanan darurat. Lalu berjalan ke ruang tengah dan menyalakan teve.

Sambil memakan keripik kentang dan meminum soda, tiba-tiba mata Sarti teralih ke benang wol yang bertumpuk-tumpuk di kamar Kak Fendi. Sarti mendekati benang wol yang sebukit semut itu. Sisa benang wol sebanyak ini, berarti benang wol yang asli masih banyak! Pikir Sarti. Sarti mematikan teve dan menelepon Kak Fendi.
"Halo, ada apa Sarti? Kakak sedang kuliah."
"Kak, sisa benang wol yang ada di kamar kakak, boleh Sarti ambil?"
"Ambil saja, Kakak juga bingung mau diapakan sisa benang wolnya. Pendek-pendek sih! Nggak bisa dipake deh."
"Boleh, kak? Terima kasih. Asslamualaikum."
"Wa'alaikum sallam."
Klik! Sarti menutup telepon. Sarti mengambil semua sisa-sisa benang wol itu dan membawanya ke kamar. Ia buang dulu bungkus keripik kentang dan minuman sodanya yang telah habis.

Di kamar, Sarti mengunci pintu dari dalam. Ia memandang wol yang kini bertumpuk di samping meja belajarnya. Sarti kebingungan. "Mau kuapakan ya? Aku tadi cuma menuruti perintah hatiku! Tunggu, berpikir! Pasti benang wol ini bisa dibuat sesuatu." Sarti berputar-putar menglilingi tumpukan benang wol. "Kain perca punya Mama! Ya, aku perlu itu!" Sarti membuka kunci pintu kamar, dan berlari ke kamar Mama. Ia mengorak-arik sebuah kotak yang dipenuhi kain perca. "Ah, tak ada gunanya memilih. Banyak sekali kainnya. Sebaiknya langsung kubawa!"Sarti mengangkat kotak itu dan diletakkan di kamarnya.

Sarti sudah menyiapan mata boneka, spidol, gunting, lem UHU, dan alat menjahit. Sekarang, Sarti sedang duduk sambil meminum air dingin. Lalu, Sarti mengambil satu kain perca yang lebar, dan segenggam benang wol sisaan. Kainnya dibentuk mangkok di tangan kanan. Benang wolpun dimasukkan ke mangkuk kain perca. Setelah itu, sisa mengkuk kain yang masih panjang, digunakan untuk membungkus. Pelan-pelan, Sarti menjahit bungkusan itu. Lalu, Sarti menempelkan mata boneka dan seutas benang wol yang dibentuk menjadi bibir tersenyum dengan lem UHU. Sarti mengambil spidol dan menggambar baju di boneka wol bungkus. Setelah itu, Sarti menggunting beberapa kain perca dan ditempelkan di boneka wol bungkus yang sudah ada pola bajunya. Tinggal di tempel.
"Nah, Boneka Wol Bungkus buatan Sarti sudah selesai...!!!!" Sarti membuat lebih banyak boneka Wol Bungkus. Sampai-sampai, sisa wol habis. Seperempat kain perca ibu digunting-gunting untuk baju Boneka Wol Bungkus.

Puas dengan Boneka Wol Bungkus buatannya, Sarti meletakkan dua puluh satu Boneka Wol Bungkus di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, Papa pulang dan melihat ke arah Boneka Wol Bungkus.
"Wow, sayang. Itu boneka yang bagus sekali! Harganya memangnya murah, sampai kau beli dua puluh satu sebegini banyaknya?" Papa menepuk pundak Sarti.
"Papa, ini semuanya buatan Sarti! Namanya Benoka Wol Bungkus. Sisaan benang wol di kamar Kak Fendi dibungkus dengan kain perca Mama, lalu dijahit. Dan ditempeli mata boneka serta bibir tersenyum dari seutas wol. Satu lagi, bajunya juga dari kain perca milik Mama!"
GREK! Saat penjelasan Sarti selesai, pintu terbuka. Kak Fendi!
"Apa yang kau lakukan pada sisaan benang wol milik Kak Fendi, Sarti?" tanyanya.
"Membuat Boneka Wol Bungkus! Ini, bagus kan? Aku buat banyak sekali! yang ini keluarga kita. Ini aku, ini Kak Fendi, ini Mama, yang ini Papa. Yang disampingku ini, Bi Asih! Papa ambil Boneka Wol Bungkus Papa dan Mama. Taruh di kamar saja! Kak Fendi juga, Aku akan meletakkan Boneka wol Bungkus Bi Asih di kamarnya!" Sarti mengambil Boneka Wol Bungkus miliknya dan Bi Asih. Boneka Bi Asih diletakkan di meja kecil yang sering untuk tempat mukena dan Al-qur'an. Milik Sarti diletakkan di meja belajar.

Sarti dan Kak Fendi diajak makan malam diluar bersama Papa. Katanya untuk merayakan dua puluh satu Boneka Wol Bungkus buatan Sarti. Saat dibilangin seperti itu, wajah Sarti bersemu merah dan dia hanya meringis kesenangan.