Rabu, 23 Maret 2011

Barter (palsu)

Tiap di mobil jemputan, mesti aku diisengin. Belakangan ini, botol minum milikku-lah yang menjadi target. Tiap kali aku lengah, botol minumku diambil dan disalurkan ke yang lain, lalu disembunyikan. Hari ini, botol minumanku berhenti di tangan Umi. Saat dia turun dari mobil, aku panik. Aku mencari-cari di bawah kursi tempat ia duduk. Aduh... kok nggak ada, ya? batinku. Billa lalu memberikanku minuman teh dalam kemasan yang tinggal setengah, pemberian dari Umi. Karena minumku hilang, dan aku lagi sedang haus-hausnya, aku pun meminum teh itu sampai habis. Dan aku membuangnya di selokan saat mobil berjalan (jangan ditiru, ya.... :P).
Aku menganggap peristiwa ini hanyalah barter. Untuk memastikan, aku mencari-cari lagi botol minumanku di bawah kursi. Untung, botolku itu cuma botol bekas yang dipakai. Kalau botol yang bukan botol bekas?! Wuah.... CILAKA DUA BELAS!
Angga, lalu menyruh aku mencari lagi. Bukan hanya di sekitar kursi Umi, tapi di tempat-tempat yang lain. Akhirnya ketemu. Air di dalam botolku masih banyak. Belum ada seperempat kuhabiskan. Eman-eman, kan, kalau hilang terus kotor nggak bisa diminum lagi?
Karena aku masih haus, aku segera meminum air minumku. Lalu bertepuk tangan, karena Angga sudah memberitahu tempatnya. Aku menebak-nebak, tadi Umi menyalurkan botolku ke Angga, lalu disembunyikan, tapi bilangnya, tidak.

Hmmm.... Ini, sih, namanya barter palsu! Dikira barter, ealah.... akhir-akhirnya botolku malah ketemu!