Minggu, 13 Desember 2009

Tanaman dari Nyonya Andrea

Nisa termenung di depan jendela. Hujan turun dengan derasnya. Membasahi kebun bunga yang baru saja ia siram. Namun entah kenapa. Tiba-tiba turun hujan dengan derasnya.
"Nisa, sayang. Makan kuenya. Terus diminum tehnya. Semoga, besok pagi hujan sudah reda. Jadi, kita bisa berjualan bunga lagi." Hibur Kak Anis, kakak Nisa.
Nisa mengambil sepotong kue cokelat dan menyeruput teh yang masih panas. "Andaikan ibu masih ada. Mungkin kita tidak hidup susah begini, kak." Tiba-tiba dari mulut Nisa keluar kata-kata itu.
"Yang sudah terjadi biarlah terjadi, Nisa. yang penting, kita bisa menghidupi keluarga kecil ini dan bisa melihat masa depan."
"Kak, kita belum bisa membuat kebun bunga yang lebih aman? Misalnya dengan atap."
"Suatu hari nanti, kita pasti membangunnya. Ayo kita tidur. selimutnya sudah kakak cuci. Ayo tidur. Kakak mau menyalakan api di perapian yang hampir redup." Nisa menghabiskan tehnya lalu berbaring di tempat tidur tipis. Nisa masih memandangi kakaknya yang susah payah menghidupkan api di perapian. Nisa meniup lilinnya lalu berusaha tidur.
Keesokan harinya, Nisa terbangun. Hujan sudah reda. Kak Anis masih tidur di sampingnya. Api perapian sudah mati. Nisa mencuci muka di belakang. Lalu melihat keadaan kebun bunganya.
Tidak ada apa-apa. Hanya ranting-ranting yang berjatuhan, dan sedikit bunga yang jatuh saking derasnya hujan. Kak Anis sudah di belakang Nisa. membawa peralatan kebun. Nisa dan kakaknya membersihkan kebun dengan telaten. menyingkirkan ranting berduri, meletakkan bunga-bunga yang jatuh di tempatnya yang masih layak. Lalu mereka menyirami bunga-bunga.
Setelah menyelesaikan pekerjaan itu, ada kereta kuda datang di depan kebun bunga. Turunlah seorang wanita dengan gaun cantik nan indah.
"Boleh aku membeli satu ikat bunga yang sudah dirangkai?" Tanya wanita itu.
"Tentu saja, nyonya. Saya ambilkan." Kak Anis mengambil seikat bunga di laci tersembunyi yang letaknya di bawah tempat bunga. Lalu menyerahkannya pada wanita itu.
"Ini, aku berikan 10 sen. Dan tolong tanam biji ini. Tiga hari lagi, aku akan datang."
"Baik nyonya...nyonya..." Nisa tergagap. Tidak tahu siapa nama wanita itu.
"Nyonya Andrea." Wanita itu memperkenalkan diri. Lalu pergi dengan gaun yang terseret-seret.
"Nisa, tolong tanam biji ini. kak Anis akan membuat sarapan untuk kita berdua." Nisa mengambil sekantung biji di sebelah Kak Anis. Di dalam kantung hanya ada empat biji. Tanpa basa-basi, Nisa langsung menanan ke-empat biji itu. Lalu menyiraminya.Lalu, Nisa masuk ke dalam rumah mungilnya untuk sarapan dan mandi.

SORE HARI

pada sore hari, saat Nisa dan kakaknya sedang berbincang-bincang di teras rumah, Kak Anis tak sengaja melihat tanaman yang indah.
"Nisa. Lihat. Apakah itu tanaman milik kita?"
"Wah, mungkin itu biji yang Nisa tanam tadi. tapi masa secepat itu bisa tumbuh?"
"Itu biji ajaib! Dalam sekejap bisa tumbuh besar! Dan ini adalah gelombang cinta! kalau dijual, kita bisa memenuhi kehidupan kita. dan kamu bisa sekolah."
"Tapi, kak. bukankah Nyonya Andrea akan mengambilnya tiga hari lagi? beliau kan hanya menitipkan biji tanaman itu di sini?"
Kak Anis tertunduk. Hari sudah senja. Kedua kakak-beradik itu pun masuk ke dalam rumah untuk makan malam dan tidur.

TIGA HARI KEMUDIAN

Suara kaki kuda terdengar. Kak Anis yang sedang memupuki ladang jagung di kebun belakang memanggil Nisa untuk menyambut. Nisa yang sedang membereskan tempat tidur buru-buru keluar rumah. Ia merapikan gaun kumalnya yang agak berdebu.
Nyonya Andrea!
"Selamat pagi, Nyonya Andrea...."Sambut Nisa.
"Bolehkah aku mengambil empat tanamanku?" Tanya Nyonya Andrea ramah. Nisa yang sudah meletakkan tanaman di pot mengangkatnya dengan susah payah. Hampir saja menjatuhi kaki kecilnya.
"Terima kasih. namun aku hanya butuh du tanaman untuk para pelangganku. Bisakah panggilkan saudaramu?" nisa berlari kecil menuju kebun belakang. kakaknya sedang memanen jagung di kebun kecil mereka.
"Kakak. nyonya Andrea ingin bertemu." Kak Anis meletakkan keranjangnya dan menggandeng tangan Nisa.
"Nisa, tolong kau lanjutkan lagi pekerjaan kakak. Nyonya Andrea ingin berbicara empat mata." Nisa mengangguk lalu berjalan menuju kebun belakang.
"Begini, aku hanya membutuhkan dua tanaman gelombang cinta. Karena itu, aku ingin memberikan sisanya untuk keluarga kecil kalian. Aku ingin Nisa bisa sekolah. dan memperbaiki kebun bunga yang sudah agak rusak karena hujan lebat. Jual tanaman itu, hidup kalian tidak akan melarat lagi." Saat Kak Anis ingin mengucapkan terima kasih, Nyonya Andrea telah menghilang. Ternyata Nyonya Andrea adalah penyihir baik yang sedang menyamar.
"Nisa! Kemarilah!" Nisa berlari tergopoh-gopoh menghampiri Kakaknya.
"Kamu bisa sekolah, Nisa. Kamu bisa sekolah!" Kak Anis memeluk Nisa. Nisa bingung dengan kakaknya.
"Kita bisa menjual gelombang cinta. hidup kita akan cukup, Nisa! Kamu bisa sekolah..." tak terasa, air mata bahagia Kak Anis menetes. Nisa balas memeluk kakak tercintanya.
Dan sejak saat itu, Kak Anis mempunyai tiga pekerjaan. Tukang bunga, penjual kue, dan penjaga toko pribadi. dan Nisa bisa sekolah lagi. Tapi mereka berdua tak bertemu dengan Nyonya Andrea lagi. mereka ingin mengucapkan terima kasih. Namun tak jauh dari sana, penyihir baik tersenyum melihat senyum bahagia kakak-beradik itu....

3 komentar:

Aldinshah Vijayabwana mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Aldinshah Vijayabwana mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
latree mengatakan...

oh, ternyata nyonya andrea itu penyihir yang baik hati...
wah.. anak2 baik selalu mendapat kebaikan ya.. :)