Kamis, 29 Januari 2009

Gara-gara belajar

“Hai Tia!” Sapa Nita di depan pagar rumah Tia. “Kita berangkat sekolah yuk!” Ajak Nita lagi.

“Oke! Tapi sebentar! Aku sedang menali sepatuku dulu!” Jawab Tia dari teras.

Nita melihat Tia sedang menali sepatu. Setelah Tia selesai, Nita memanggilnya lagi. Tapi tidak sambil berteriak lagi.

“Ayo Tia! Nanti kita telat ke sekolah lho!”Nita berlari meninggalkan rumah Tia sambil menggoda Tia.
“Iya-iya! Aku akan datang menyusulmu!”Kata Tia. Tiapun berlari menyusul Nita yang sedang menunggunya di dekat gardu listrik.

“Ayo terusin ke sekolah.” Ajak Tia. Mereka berduapun melanjutkan kembali perjalanan mereka ke sekolah.

Sampai di sekolah, mereka berlari ke kelas mereka. Kelas 3C.

Lapangan sekolah masih sepi. Maklum, mereka suka berangkat pagi-pagi ke sekolah, jadi pantas saja kalau lapangan dan sekolah masih sepi.

“Kita baca-baca dulu yuk! Atau kita mempelajari dan mengerjakan dulu, agar nanti kalau Bu Nur menyuruh mengerjakan, kita bisa mengerjakan yang lain hingga nanti nggak ada PR.” Ajak Tia.

“Oke.” Jawab Nita. Mereka berduapun mengerjakan buku. Tia mengerjakan buku paket Matematika. Sebelumnya, ia membaca dulu agar dapat menjawab soal-soalnya. Sedangkan Nita mengerjakan buku LKS Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Tiba-tiba……

“Hai! Eh! Kalian berdua sedang mengerjakan buku apa? Apa kalian berdua belum mengerjakan PR?”

Nita dan Tia menolah. Ternyata itu Lita!

“Halo! Nggak! Kami berdua Cuma lagi mengerjakan soal-soal dan membacanya.” Jawab Tia menjelaskan.

“Kalian nggak main aja? Biar enak gitu lho! Datang pagi-pagi kok udah memutar otak?” Tanya Lita.

“Enggak. Kami lebih suka seperti ini. Kalau kamu mau main, main aja! Nggak apa-apa kok!” Nita menjawab dengan santai.

“Ya udah! Aku main dulu ya!” Kata Lita sambil berlari.

Tia melihat ke arah jam dinding. Sudah pukul tujuh pas! Pantas saja sudah banyak anak-anak yang datang. Batin Tia. Iapun meneruskan belajar kembali.

“Banyak anak-anak lebih memilih bermain keluar daripada belajar di kelas. Yang belajar hanya 10-13 anak saja. Kenapa ya?” Tanya Tia berbisik pada Nita.

“Karena kalau bermain lebih enak dari pada belajar. Tapi kalau belajarkan lebih baik. Karena kita bisa lebih cepat pandai.” Nita menjawab sambil menulis dengan asyik di LKS.

Tiba-tiba ada bunyi bel sekolah, tapi..... kalau sekolah Nita dan Tia berbeda lho! Begini nih belnya!

“Kelas satu sampai enam. Dimohon masuk kelas. Diulangi lagi, kelas satu sampai enam. Dimohon masuk kelas. Terima kasih.” Begitu belnya!

Nita dan Tia mendengar bel itu. Merekapun membereskan meja mereka, dan menyiapkan buku pelajaran Matematika. Semua anak masuk kelas dan duduk di tempat masing-masing. Setelah semua duduk, Bu Nurpun masuk kelas dan mengucapkan salam.

“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh anak-anak!” Salam Bu Nur.

“Wa’alikum sallam warohmatullahi wabarokatuh Bu Nur.” Jawab anak-anak serempak.

“Baik. Yang piket hari ini siapa? Fariz! Coba kamu bacakan!” Suruh Bu Nur.

“Baik Bu! Yang piket hari ini adalah Nadya, Syeila, Tia, Reza, dan Bima Bu!” Jawab Fariz.

“Kalau begitu. Nadya yang pimpin DO’A!” Suruh Bu Nur lagi. Nadyapun maju ke depan dan memimpin DO’A dengan suara yang lantang.

“Sikap ber-DO’A! Tangan diangkat, kepala ditundukkan! Membaca surah Al-fatihah di dalam hati masing masing!” Kata Nadya. Semua yang ada di kelas 3C menundukkan kepala dan ber-DO’A di dalam hati masing-masing.

“Selesai!” Teriak Nadya lagi.

“Terima kasih Nadya! Kamu boleh kembali ke tempatmu. Baik anak-anak! Hari ini kita ada ulangan mendadak! Bu Nur sangat minta maaf sebesar-besarnya. Karena PR dicocokkan besok hari Rabu. Tapi Bu Nur terpaksa karena sebentar lagi ulangan umum semester 2. Dan tak ada waktu lagi untuk belajar. Karena sebentar lagi Bu Nur mau mengajar di kelas 2A. Jadi Reza! Tolong kamu bagikan buku ulangan Matematika ini!” Kata Bu Nur sambil menyerahkan setumpuk buku pada Reza. “Bima! Tolong bantu Reza ya!” Bu Nur menyuruh lagi pada anak-anak yang piket. Bu Nur melihat wajah anak-anak. Kebanyakan banyak anak-anak yang berwajah pucat atau gelisah karena belum belajar. Dan hanya 10-13 yang berwajah tenang dan tidak setakut yang lain.

Nita dan Tia tidak termasuk yang gelisah. Mereka termasuk yang tenang. Karena tadi mereka sudah belajar.

“Aku nggak deg-degan tuh! Kenapa yang lain gelisah,, pucat, dan sepertinya takut?” Tanya Nita.

“Ya…. Karena mereka belum belajar.” Jawab Tia singkat.

Rezapun membagi bukunya kepada Bima. Dan mereka berduapun membagikannya kepada anak-anak lain ke maja masing-masing.

“Nadya, Tasya, Lendi, Verna, Rena” Kata Reza menyebutkan nama-nama sambil meletakkan buku. Dan seterusnya hingga buku-bukunya habis. Bima juga begitu.

“Baik anak-anak! Semua sudah mendapatkan buku ulangan Matematika?” Tanya Bu Nur.

Anak-anak ada sebagian yang hanya mengangguk karena masih takut dan gelisah. Dan masih sebagian lagi menjawab ‘iya’ karena tenang-tenang saja.

“Akan ibu bacakan soalnya! Kalian nanti tinggal menulis jawabannya saja di buku ulangan.” Kata Bu Nur lagi.

“Soal pertama! Berapa derajatkah sudut siku-siku?” Kata Bu Nur membacakan soal. Anak-anak yang tadi gelisah, sudah ada yang berseri-seri. Dan ada juga yang belum. Sampai seterusnya, ulangan berakhir.

“Jika ada soal yang tidak tahu, kosongkan saja!” Perintah Bu Nur.”Yang sudah selesai, harap dikumpulkan!” Kata Bu Nur lagi. Semua anakpun mengumpulkan buku ulangan mereka.

“Ini Bu.” Kata seorang anak. Anak itu adalah Tia.

“Iya Tia. Anak-anak duduk! Fariz. Karena kamu ketua kelas, tolong nanti panggilkan Pak Adli ya. Baik. Bu Nur akhiri. Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.”

“Wa’alaikum sallam warohmatullahi wabarokatuh.” Jawab anak-anak serempak. Bu Nurpun keluar bersama Fariz. Semua anak-anak yang ada di kelas mengobrol sebentar membicarakan ulangan Matematika tadi.

“Eh! Tadi ulangannya gampang-gampang ya! Tapi ada yang sulit juga! Nomer lima itu lho! Yang disuruh menggambar sudut tumpul dan segitiga sembarang! Aku harus menghapus bolak-balik karena coretannya salah.” Kata Nelis yang duduk di belakang Tia. Di samping Nelis ada Karin. Dan Karin ada di belakang Nita. Mereka berempat berhadapan sambil mengobrol.

“Eh! Itu Pak Adli! Ayo semuanya duduk yang rapi!” Kata Karin yang menjadi wakil kelas. Anak-anakpun duduk dengan rapi. Pak Adli masuk bersama Fariz, Fariz duduk di tempatnya dan Pak Adli berdiri di depan kelas sambil mengucapkan salam.

“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh anakanak.” Salam Pak Adli.

“Wa’alikum sallam warohmatullahi wabarokatuh Pak Adli.” Jawab anak-anak serempak seperti saat menjawab salam Bu Nur tadi.

“Buka IPS-nya ya! Halaman 24 Bab 6! Kita akan belajar tentang macam-macam pekerjaan dan seterusnya.” Perintah Pak Adli pada seluruh murid.

Anak-anakpun membuka buku halaman 24. Anak-anak mengikuti pelajaran dengan sangat asyik! Pak Adli mendongengkan cerita tentang seseorang yang mencari pekerjaan. Intinya, pekerjaaan itu sangat penting dan pekerjaan itu sangat banyak! Jika mau bekerja harus sesuai keahlian.

Saat sedang asyiknya, tiba-tiba.....

Anak-anak kelas tiga sampai enam. Saatnya istirahat. Dan kelas satu sampai dua. Mohon untuk masuk kelas.”

“Hore!” Anak-anak kelas tiga keluar sambil mencari teman untuk bermain. Nita dan Tia mengajak Nelis dan Karin untuk ke kantin bersama. Di kantin, mereka mengobrol membahas tentang ulangan mendadak dan cerita yang lain.

“Tia. Kamu tadi bisa nggak ulangan Bu Nur tadi?” Tanya Nelis.

“Ya bisalah!” Jawab Tia sambil memakan baksonya. “Kamu sendiri?” Tia balik bertanya.

“Bisa!”

“Kamu yakin akan dapat seratus Tia?” Tanya Karin.

“Harus yakin! Itu karena tadi aku sama Nita belajar. Kalian tadi termasuk belajar kan?” Tia menjawab.

“Udah deh! Kita makan dulu! Nanti baksonya dingin terus nggak enak deh! Kalian pasti sudah lapar.” Kata Nita. Mereka semua mengangguk.

Akhirnya, mereka semua tahu. Bahwa kalau belajar, jangan Cuma kalau ada ulangan! Kita juga gitu ya!

2 komentar:

ibu mengatakan...

mbak ibit juga kalau bejalar, jangan cuma kalau ada PR ya...
hihihii

Tante Fa mengatakan...

iya Ibit..
eh Ibit belajarnya nggak pas ulangan aja kan? *kedip2*
Tante Fa biarpun udah nggak sekolah, juga masih suka belajar lho (soalnya ponakan Tante suka nanyain PRnya, klo Tante nggak bisa kan malu, hehe)