Senin, 09 Agustus 2010

Sang Pemburu Hantu (bagian empat)

"Aku tak sabar lagi! Aku semakin semangat! Bagaimana kalai kita langsung ke ruangan pembuatan keripik kentang?" ujarku sambil menggendong Corell.
"Ya, boleh saja. Hei, apakah kau punya balsem? Kurasa, lututku ini tinggal diberi balsem aja, langsung sembuh," Corel mengorek-ngorek tasku. "masa kau sama sekali tidak membawa kotak P3K?" keluhnya.
"Yang kuingat, kita tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Tahu? Massy! Dimana tempat ruangan pembuatan keripik kentang itu?" kerapatkan lagi ear speakerku.
"Hhhmm... letaknya di belakang balkon. Di tingkat empat. Hei! Kenapa kau terburu-buru?"
"Sepertinya, di situlah sarang Kepala Hantu (kayak kepala sekolah aja!), jadi, kalau Pimpinan mati, otomatis yang lainnya datang, dan langsung lawan aja. Nggak usah muter-muter!" jawabku.
"Terserah kamu aja deh! Kamu kan yang menggantikan Anna sebagai ketua pimpinan. Jadi aku nurut. Kau sudah sampai di balkon?"
"Hai! Sekarang hampir terbit fajar! Kita harus membunuh semua hantu di rumah ini! Sebelum ada korban lagi!" pekik Corell. Dia panik.
"Tenang saja. Kita sudah sampai. Mau menunggu di sini?" tanyaku. Kuletakkan Corell, dan dia duduk. Bersandar. Ia pun mengangguk lemah.
"Kurasa, hari ini hanya aku dan Massy pahlawannya. Walaupun kau juga sedikit membantu." godaku.
"Huh... awas saja besok-besok!" Corell menendang ujung kaki.
"Hei, kalian! Cepatlah! Ini bukan waktunya untuk main-main!" bentak Massy.
Akhirnya aku membuka pintu kayu yang besar itu.

"KKRRIITTT!!!!!!" suara pintu berderit. Kututup telinga kiriku. Yang tidak memakai ear speaker.
"Fyuh... tuhan, selamatkan aku." bisikku pelan. Langkah demi langkah, kusibak tirai yang kotor dan berdebu.Dan langsung terlihat....
Banyak mesin sederhana yang terbuat dari kayu. Juga kursi goyang, yang bergoyang kencang. Hampir jatuh. Tapi sepertinya, kursi itu dikendalikan.... oleh hantu!
"HEI KAU! Keluar dari persembunyian! Secepatnya! Aku tak takut padamu!" teriakku kencang.
"Oh ya?" seseorang membisikkan kata itu di dekat telingaku.
"Kamu jangan sembarangan, Ellie! Kamu langsung loncat aja, sih...." bisik Massy bergetar.
"Siapa itu?" hantu itu mengagetkan lagi.
"Ini teman kecilku! Dia ada di telingaku! Dia akan membantuku, melawanmu! Dan... euph! lewph....eeppphh!!!!" rasanya aku seperti disekap.
"Kalau begitu... dia tidak boleh membantumu. Kau harus sendirian melawanku." kata hantu itu. Ear speaker tiba-tiba jatuh. Pelan. Tapi, ear speaker itu remuk. Hancur lebur. kabelnya putus semua. aku tak percaya ini.
"Sekarang, ada yang membantumu?" kata hantu itu dengan sombong dan penuh kemenangan.
"Memang tidak! Tapi, aku pasti bisa melawanmu! Dan, wow! aku kagum padamu. Sepertinya, kau hebat sekali..." pujiku tak tulus.
"Iya...aku sangat kuat! Aku berhasil menakut-nakuti semua pegawai di pabrik kentang ini. Sedangkan kau... sama sekali tidak menakutkan di mataku..." hantu itu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Hii... wajahnya menyeramkan!

Perlahan-lahan... tapi pasti! Kutarik pistol jaringku. Tapi aku tiba-tiba tertaik ke depan. Kurasa, hantu itu ingin menghancurkan pistolku ini. Otomatis, kupencet tombol 'tembak'. Hantu itu memang kena jaring, tapi dia menembus jaring itu???!!! Baru kali ini, ada yang bisa menembus jaring bayangan ini.
"Bagaimana? Aku hebat kan? Sekarang, kau akan kalah!Dan botol ini, kuhancurkan! Anak buahku! Ayo makan!!!!!" teriak hantu itu. Sepertinya memanggil teman-temannya. Hii... bagaimana ini??? Sepertinya aku akan dimakan seperti kakak Bu Looley.
Hantu-hantu itu, yang kira-kira jumlahnya ada sepuluh lebih. Langsung menerkamku. Kututup mataku. Mungkin ini adalah akhir riwayatku... pikirku. Tapi ini tidak mungkin! hati nuraniku mengelak. Aku jadi bingung. Akhirnya aku pasrah, dan kujatuhkan diriku. Aku akan....
"Hya! CIATT!!! Hwa! Hwa! Hwa!" kudengar teriakan yang kukenal. Corell! Dia membawa sesuatu di tangannya. Bentuknya balok, tipis, dan dia memencet tombol. Dan bersamaan dengan itu, langsung terdengar bunyi; "JEPRET!"

"Apa itu? Kakimu sudah nggak sakit, apa?" tanyaku bingung.
"Diam! sekarang bantu aku! Cepat ambil pistolmu, dan botol hantu!" perintah Corell tegas.
"Baik!" aku hanya menjawab singkat, dan kulakukan perintahnya.
Aku menembakkakn jaring-jaring. Hantu-hantu itu, satu persatu tertangkap. Hingga semua anak buah Kepala Hantu tertangkap semua. Jaringku masih banyak. Jadi aku terus-terusan menembakkan jaring ke Kepala Hantu.
"Corell! Ini tidak mempan! dan jaringku, tinggal satu!"
"Biar aku yang lakukan!" Corell yang tadi duduk kelelahan, akhirnya berdiri susah payah. Kutarik lengannya. Kurasa, kakinya terkilir parah. Dan memar.
"JEPRET!" terdengar suara itu. Dan... Kepala Hantu itu langsung menghilang seketika.
"Kalian hebat! Kalian hebat! Kalian hebat!" puji Massy keras. Lewat ear speaker Corell tentunya.
"Ya, tentu saja kami hebat!" kami membusungkan dada.
Dan tentunya, tersenyum lebar!

2 komentar:

ibu mengatakan...

hhhhh..... legaaaaa...... akhirnya selesai juga pertarungan dengan para hantu.
selamat Ellie, Corel, Massy. kalian semua pahlawan!

Riana Ningsih mengatakan...

Siii...pp tugas para pemburu hantu cilik selesai dg sukses, masukan buat mba Ibid, kl bs wajah hantunya dideskripsikan biar yang baca merasakan ketegangan spt yg dirasakan para pemburu hantu.