Rabu, 03 April 2013

Perjalanan Pulang Hari Ini



Hari ini diajak Ovi naik BRT. Awalnya aku ogah, karena aku merasa rugi naik BRT. Lebih baik naik Damri. Kenapa? Tarif BRT jauh-dekat tetap aja dua ribu rupiah untuk seorang pelajar. Padahal dari sekolah sampai rumah, aku hanya melewati dua halte jika turun di halte BP3PKI. Jika aku turun di halte Pudak Payung, aku hanya melewati satu halte. Jadi, aku lebih rugi lagi, kan? Sedangkan aku naik Damri hanya membayar seribu rupiah. Sama saja. Tempat duduk antar penumpang berhadapan, dan tentu saja ber-AC.

“Plis, Bit. Kemarin kan aku mbok ajak naik ojek…”

Aku langsung mengingat dua hari sebelumnya. Aku mengajak Ovi naik ojek dari sekolah. Aku merayunya dan membuat dia mengasihani aku. Hari itu aku pulang jam setengah lima dan bawaanku berat. Saat itu pasti sudah tidak ada ojek di gerbang perumahan. Lagipula aku juga nggak sanggup berjalan dari jalan raya sampai rumah dengan kaki keseleo. Dan akhirnya Ovi luluh.

“Iya deh, naik BRT.” Jawabku setelah playback.

Sebelum berjalan menuju halte, aku, Ovi, dan Ena berhenti membeli air kelapa. Haus, soalnya. Lalu kami berjalan menuju halte yang kursinya rusak. Seharusnya, alas duduknya ada tiga batang besi. Tapi sekarang hanya ada satu besi yang membuat aku hampir jatuh ke belakang. Gara-gara tasku yang berat juga hari ini. Dan aku mengubah posisi dudukku, menghadap ke kanan. Jadi, kursi ini masih bisa menopang tasku dan aku tidak jatuh. Tapi sakit juga sih…

Cukup lama kami menunggu BRT datang. Aku sempat menyuruh Ena mengambilkan komik Conan di ranselku. Belum banyak aku membaca, BRT datang. Niatku untuk melanjutkan membaca pun pupus. Ketika melihat banyak penumpang BRT yang berdiri. Kuhela nafasku. Aku harus sanggup berdiri. Aku meletakkan komikku di tas makan siang.
Dan saat aku masuk BRT, aroma keringat semerbak di dalamnya. Untung ada AC, aku masih bisa membetahkan diri untuk berdiri disini. Aku menyempilkan diri di antara penumpang yang berdiri. Karena tak bisa menggapai gantungan (itu lho, untuk penumpang yang berdiri) aku menggenggam palang di dekat pintu tengah, di sebelah mbak-mbak. Belum lama setelah itu, ada ibu-ibu yang memanggilku dan menyuruhku duduk di kursi kosong di sampingnya. Aku langsung menepuk bahu Ovi dan menyuruhnya duduk disana. Aku mau saja duduk, tapi gimanaaa gitu. Aku nyaman di dekat Ena.

Tiba di halte berikutnya, ada dua kursi kosong di belakang. Aku menepuk bahu Ena dan mengajaknya duduk disana. Tapi tiba-tiba ada anak laki-laki yang menyerobotku dan dia pun duduk di samping Ena. Aku melihat anak laki-laki itu tadi. Dia berdiri di samping kursi ibunya dan membawakan tas ibunya yang lumayan besar. Dan sepertinya dia sudah berdiri lama. Aku hanya mengangguk kecil ke Ena lalu berpegangan pada palang lagi.
Aku menundukkan kepalaku, ke arah sepatuku. Ada koin lima ratus di samping sepatu kiri. Aku langsung menginjaknya. Lalu aku menyebarkan pandanganku di antara kaki para penumpang. Aku melihat koin seribu di dekat kaki mbak-mbak yang bersandar pada palang yang kupegang. Ingin aku menginjaknya, tapi takut dilihat penumpang lain. Lagipula jaraknya agak jauh.
Akhirnya aku berdo’a agar koin seribuan itu bergeser ke arahku agar dapat kuinjak pula. Setelah dekat dengan halte Pudak Payung, aku secepat kilat mengambil koin lima ratus yang kuinjak tadi. Sempat ada yang melihat, tapi aku cuek saja.

Di halte, bersama Ena, aku menceritakan pengalamanku barusan di dalam BRT.
“Pantes aja kamu nggak mau duduk, Bit!” tuduhnya.
“Enggak kok, aku baru lihat koinnya habis kamu duduk…” aku membela diri.

“Aku juga mau koin seribuannya…”



Lalu di pangkalan ojek kami berpisah. Dan aku melihat koin lima ratusku tadi, aku cuma tertawa kecil. Sekarang aku tinggal menunggu sampai aku tiba di rumah dan ‘memeluk’ komik.

Sabtu, 03 November 2012

Cerita dari Gadis Pelupa

Halo....! Gadis pelupa disini! Sekarang, aku mau ceritain tentang pengalaman seorang gadis berumur 12 tahun bernama ibitsukma, dari kelas VII B. Agar lebih mudah menceritakannya, kuumpamakan aku adalah ibitsukma di cerita ini. Cekedot....





Inilah perjalanan pulang setelah latihan di TBRS dan makan siang di Bakso Pak Kumis *nyam-nyam! :d*. Menuju ke rumah. Di perjalanan, aku ngelamun tentang besok lusa, yakni hari Senin. Walaupun tas bakalan berat banget berisi buku-buku pelajaran yang nanti di sekolah hanya dipake satu jam pelajaran, tapi nanti ada olahraga. Pelajaran yang bakalan aku sukaaaaaa banget kalo nggak ada olahraga bola besar ataupun bola kecil. Because what? Aku trauma banget sama benda bulet itu. Jadi, sekarang, aku hanya SUKA pelajaran olahraga.

Hmmm.... ngomong-ngomong olahraga, baju olahragaku udah di cuci kan? Kok insting deja vu-ku bilang, baju olahragaku belum tak bawa pulang. Hmmm.... aku pulang naik damri kayaknya tak bawa.... Naik ojek..... NGGAK TAK BAWA!!!!!!!!!
"IBU!!!!!!!!!!" *ibu ngerem mendadak, seluruh dunia masuk ruang praktek THT karena suaraku. keep calm... ini fantasi liar-ku* "besok senin, olahraga..... bajuku.... di VII E.... abis pramuka!"
Terus aku ceritain semuanya.

Karena masih di deket ADA, akhirnya diputusin mau mampir SMP dulu. Sampe sana, gerbang masih dibuka lebar-lebar. masih ada ekstra yang belum selesai. Ada Paskibra yang latihan buat lomba, ada silat juga. Dua member VII B ikut ekstra ini lho! *promosi*
Aku sama Santa nyari bapak "kawat gigi" yang biasa ngunci pintu-pintu kelas. Yah, basa-basi dulu sih. Bapake bikin mupeng. Setelah mendapat kunci VII E, di dalam kelasnya, aku mencari tas yang ada gambar kereta tomas. Aduh, rasanya udah nangis kalo nggak ketemu. Ini pun, mataku udah sakit nahan air mata. Tau kan, rasanya? Pak Mad itu gurunya tegas banget, masalahnya. Terakhir ada yang nggak pake baju olahraga, beliau pernah bilang.... "yang nggak pake baju olahraga bapak suruh duduk di pinggir lapangan. nggak usah olahraga! dan nggak dapet nilai!". Haduh....

Santa buka lemari yang ada di belakang. Lalu kulihat....
Tas itu! Langsung kusambar dan ku cek dalamnya. Komplit semua, pulpen yang kucuri pas di lab bahasa *lha nggak ada yang ngaku itu punya siapa yo tak ambil to,,,,,,* juga masih ada. Fyuuh.....
Di bawah, aku ngembaliin kunci ke Pak "Kawat Gigi".
"Makasih, ya Pak..."
"Hwe-eh..."
"Hah?"
"Hwe-eehhh!!!"




Nah, selesai sudah cerita dari ibitsukma. Hari ini juga, dia bilang....

Selasa, 30 Oktober 2012

Ulangan Dadakan

Pelajaran IPS. Hari ini.... Tiga jam pelajaran. Asyik! Ada Pak Tris! Ada lawakan apa lagi ya, nanti?
Aku berdiri di belakang pintu. Aku pingin liat, Pak Tris berjalan di koridor tu, seberapa ganteng! *halah*. Ternyata, guru PPL yang dateng. Ada Bu Dian sama.... aku lupa yang satunya. Baru, sih. BTW, guru PPL kadang dianggap enteng sama anak-anak 7B. Kadang prihatin sih, yang penting aku nggak rame walau kadang rame. #lho?
Bu Dian mau ngajar Ekonomi. Ketika Bu Dian mau mendikte (untuk dicatat), baru beberapa kata.... "Itu udah, Bu! Udah!" banyak yang bilang gitu.

Aku bingung sendiri. Yang salah aku atau mereka? Sing ngajak gelut catetanku apa aku sing keset? Tadi kayaknya ada kata 'Perilaku Manusia terhadap....' dan di catatanku BELUM ADA! Di samping kananku ada Kumala. Kayaknya tadi dia juga bilang 'udah'. Akhirnya Bu Dian mendekte yang lain.
Lamaaaaa banget Bu Dian ngajar. Karena aku nggak suka ekonomi, aku cari ide buat bikin komik empat panel. Setelah hampir setengah jam, aku mau nggambar.....
"Sekarang, siapin selembar kertas! Kita ulangan!"

JLEGEEERRRR........!!!!!!!!!

Aku hampir nggak merhatiin teori Bu Dian, dan sekarang ULANGAN?! Aduuuhh.... keringet dingin aku. Bu Dian udah selesai ngehapus papan tulis. Aku cuma bisa menelungkupkan kepalaku di meja. Mati aku! Badanku udah gemeteran sekarang. Bu Dian bener-bener berubah drastis. Yang awalnya biasa aja, sekarang jadi Pak Tris versi mahasiswi! #eh....
Aku cuma mbukak buku paket beberapa detik dan memasukkannya ke dalam loker. Di meja cuma ada kertas sama disgrip. Udahh.... aku cuma pasrah dapet nilai empat. Mikir angka empat ada di bukunya Pak Tris, aku makin gemeteran. Keringetku masuk kuping.

"Nah, soal pertama."
Spontan aku kaget. Cepet-cepet aku nulis. Eh, halaaahhhh....! Macettt! Aduh, mana pulpenku yang satu? MANAA??!! Oh, ini.
"Satu, tuliskan pesan dan kesan terhadap Bu Dian."


.......................................
.......................................
......................................

"Buk-nyaaa!!!!!!!!!"
"Bu Dian!!"
dan teriakan semacam itu meramaikan kelas.
Aku cuma teriak 'Aaaa' terus badanku lemes semua. Nyenden kursi. Sumpaaah.... detak jantungku keras banget. Terasa. Huh, Bu Dian tu pantesnya jadi aktris! Tega-teganya menipu anak kelas tujuh yang udah nggak poloss........

Yah, tapi aku udah dapet hikmah. Kalo lagi pelajaran jangan nyari ide atau bikin komik empat panel!

Kamis, 11 Oktober 2012

Praktek Bahasa Indonesia (2)

Barusan tadi pagi, saat pelajaran Bahasa Indonesia, setelah membuat tiga paragraf dengan tema bebas, kami anak 7B dijelaskan tentang Buku Diari. Yang ada di buku catatanku adalah ; "Buku Diari adalah buku tempat dimana seseorang bisa menulis peristiwa suatu hari atau curahan hati."

Dengan sedikit keterangan, guruku langsung menyuruh kami menulis diari di buku catatan. Maksudnya. disuruh membayangkan bahwa buku catatan kami adalah buku diari dan menulis SATU pengalaman saja. Boleh berbohong. Boleh berkhayal.

Awalnya aku ingin menceritakan mimpiku beberapa hari yang lalu. Aku bermimpi naik motor bersama ibu dan Irsyad. Lalu Ibu melompat ke kanan dan Irsyad melompat ke kiri. Sedangkan aku di motor sendirian ketika motornya "menggila sesaat" dan aku ditolong teman SD-ku tapi aku terjatuh......
dan aku bangun dengan bantal yang basah akibat keringatku.

Aku ingin menceritakannya di depan kelas. Tapi temanku ada yang menyarankanku untuk menulis pengalaman tentang aku yang ditinggal pulang oleh ibuku. Hmm.... Itu lebih menarik. Aku bisa membuat teman kelasku tertawa. Aku pun mengantre. Sambil menunggu temanku yang lain bercerita, aku menulis. Tapi ternyata temanku selesai lebih cepat dari yang kuperkirakan. Akhirnya aku ke depan tanpa membawa buku. Kusiapkan kata-kata di dalam hati.

"Jumat, 5 Oktober 2012. Setelah pramuka. Kira-kira pukul lima sore. Setelah melihat Vivi diceburkan ke kolam ikan. Setelah aku diceburin ke kolam ikan oleh Wisda, aku keluar gerbang dan berniat membeli jajan. Lalu melihat mobil ber-plat H **** **. Aku diem. Lalu sadar! Itu mobil yang nyetir Ibuku!" sampai situ teman-temanku mulai tertawa. "Aku langsung lari sambil ngawe-ngawe sambil teriak 'Ibuk! Ibuk!!!'. Terus ada yang manggil aku. Nggak tau itu siapa. Pokoke tak cuekin. Aku lari terus... Tapi aku ketinggalan." Mereka tertawa lagi. "Akhirnya aku nunggu angkot kuning. Selesai."

Dan waktunya sesi tanya-jawab.

"Bit! La kamu sampe rumah protes, nggak?"
"Protes lah! Gini... 'Bu! Aku kok ditinggal to! Aku lari-lari sambil kedinginan habis diceburin ke kolam ikan...."
"Terus Ibumu bilang gimana?"
"Ibuku bilang gini; 'La Mbak Ririn bilangnya kamu udah nggak ada!"

"Bit! Mau tanya!"
"Hem?"
"Kamu ngejar sampai bangjo nggak?"
"Iya.... Trusss???"
"Lampunya merah nggak?"
"Iya, sih."
"Kok nggak kekejar??"
"Jadi gini... Aku lari-lari, dari jauh udah kelihatan lampunya merah. Udah ngucap hamdalah berkali-kali. Nah, pas mau nyampe.... Eh-eh-eh lampune ijo terus aku ditinggal..." dan mereka tertawa lagi.

"Bit!" kali ini Ovi.
"Hem??"
"Aku cuma mau beritahu aja..."
"Apaan?"
"Aku yang manggil-manggil kamu."
"Oh, emangnya kenapa?"
"Aku mau ngajak kamu bareng."

MAK JLEEBBBB!!!!



"Sudah? TERIMAKASIH....."

Kamis, 04 Oktober 2012

Praktek Bahasa Indonesia

Belakangan ini, guru Bahasa Indonesia-ku melaksanakan beberapa praktek dari materi yang disampaikan. Seperti membuat pertunjukan dari cerita fabel, membuat susunan acara, membuat drama singkat, atau mengubah lirik lagu.

Tugas pertama yang kuingat, adalah membuat drama pendek. Beranggota lima orang pula. Ada WW, Has, Sultan, Naba, Mila, dan aku. Aku membuat cerita bertema permusuhan, bercerita tentang anak kesepian yang iri dengan teman-temannya yang lain RT namun bisa bermain bersama. Lalu anak itu mengadu domba kedua anak-anak RT tersebut. Dan yang menjadi anak pengadu domba adalah AKU. Drama kami sukses. Walaupun Has sedikit lupa dengan dialognya. Namun bisa ditutupi.

Lalu.... Saat ada tugas membuat pertunjukan fabel, kelompokku yang beranggotakan lima orang, memakai gabus sebagai bahan utama panggung kami. Gabus itu juga kami gunakan untuk wayang yang akan menjadi tokoh cerita ini. Cerita fabel yang kubuat bercerita tentang burung pelikan yang menghasut tiga ikan kecil di permukaan laut agar bisa ia makan. Dan di cerita ini, aku bermain sebagai sang pelikan, si antagonis. Temanku WW, dia mengomentariku. 'Kenapa Ibit selalu dapet peran antagonis?? Padahal dia yang bikin cerita.' Yah, saat drama, memang aku yang buat cerita dan aku yang antagonis pula.  

Nah, tugas praktek selanjutnya, ada praktek membuat susunan acara resmi dan tidak resmi. Susunan acara resmi, dibuat di atas kertas HVS yang ditempel satu sama lain dan dituliskan susunan acaranya di atas lembaran kertas itu. Susunan acara resmi yang kelompokku buat adalah susunan acara perpisahan kakak kelas sembilan yang kubuat sesing-singkatnya agar tidak boros kertas.
Susunan acara tidak resmi harus dipraktekkan semacam drama. Awalnya, kelompokku membuat ide 'buka bersama' yang sampai hari H sudah disepakati. Namun, setengah jam sebelum tampil, saat aku menyalin pidato pembukaan, kelompokku merubah susunan acara 'buka bersama' menjadi acara 'launching buku'. Aku meminjam buku perpustakaan yang kebetulan dipinjam temanku. Buku berjudul 'Just For Girls' itu kami tetapkan sebagai buku yang di launchingkan olehku. Sejenak aku membaca sinopsis novel itu.
GOD!
Ini cerita tentang orang pacaran dan aku belum pernah pacaran! Nah, karena aku ingin ada sedikit komedi, aku menambahkan pertanyaan pada Ovi yang akan menjadi wartawan, 'apakah ada kendala dalam membuat novel ini?' lalu akan kujawab 'ya, ada satu kendala. Saya belum pernah pacaran!'.  Dan acara 'pura-pura' kami pun sukses.
Ada kelompok lain yang membuat acara ulang tahun yang mengikutsertakan Fahry sebagai komedian. Dia melawak di depan kelas dengan lawakan Stand Up Comedy yang berhasil membuat seisi kelas tertawa. Begitu juga guruku.

Nah, yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu, adalah praktek mgnubah lirik lagu. Guru kami mengizinkan kami memilih lagu apa saja dan memerintah kami untuk menulis lirik aslinya pada buku tugas. Aku memilih lirik lagu Butiran debu dari Rumor. Tidak semuanya kutulis. Hanya bagian awal sampai reff pertama. Lalu, guru kami menyuruh kami untuk mengubah liriknya sesuai keinginan kami. Boleh dengan tema apa saja.
Aku mengubah lirik lagu menjadi lirik narasi. Seperti ini liriknya ;

Namaku cinta
Ketika di pagi hari
Berbagi garam bersama adikku
Namaku cinta
Ku dimarahi ibuku
Karena sudah, menghabiskan garam

Hingga tiba saatnya
Ibuku menyuruh
ku untuk membeli
garam di minimarket

Di jalan ku terjatuh dan menangis keras
Uangku hilang terjatuh ke dalam selokan
Aku terduduk dan aku tak berani pulang
Karena tak bawa suruhan ibu....

Aku menyanyi di depan kelas sambil menahan tawa. Teman-temanku tertawa saat aku menyanyikannya, karena itu pula aku tak dapat menahan tawaku dan tertawa di tengah-tengah lagu.
Ada juga Mas Gam yang menyanyikan parodi lagu 'Anak Kambing Saya'. Kalau tidak salah, lagunya seperti ini;

Mana dimana 
Anak kambing saya
Anak kambing saya ternyata ada disini

mana kambingnya?
ITU!
Mana kambingnya?
ITU!
Saya bapaknya, kamu anak-anaknya...                    

Ada satu lirik lagu lagi yang isinya lucu. Dari Von. Tapi aku lupa liriknya. Nanti saat aku ingat, ku edit entri ini.



Wokeee..... selesai sudah aku menceritakan tentang praktek bahasa-ku. Jariku capek nulis sebanyak ini. O iya, entri ini kutulis di laboratorium komputer sekolah yang di bawah. Sambil menunggu waktu pramuka. Hehe.
C U!

Rabu, 12 September 2012

O.S.I.S

SMP tu bener-bener ya...?
Sibuuukkk bangeettt.... #nggayane
Herannya, aku mencalonkan diri jadi OSIS. Mencalonkan diri jadi OSIS. Kurang jelas....? MENCALONKAN DIRI JADI OSIS. Kurang jelas lagi???? MEN-CA-LON-KAN DI-RI JA-DI OSISS!!!!!!!

Sumpah, heran banget aku. Yahh... ada perasaan nyesel dikit, lah. Perasaan menyesalku itu kudapatkan ketika tes tahap II. Wawancara. Yah, cuma empat suku kata aja sih.... wa-wan-ca-ra. Tapi..... pertanyaan nya itu loo.... nyelekit gimana-gimana..... gitu.

Pas tes tahap I, ngerjain ilmu pengetahuan umum. Yah, gimana ya.... Bukannya bermaksud sombong. Tapi banyak yang aku kosongi. :P. Ada yang pertanyaannya tuh, gini... ;
----Sebutkan tanggal, dan tempat lahir Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono!
----Sebutkan gelar apa saja yang dimiliki oleh kepala sekolah!
----Sebutkan warna apa saja yang ada di bendera Russia.

Oke, yang terakhir masih bisa di toleransi lah *padahal nggak ngerti arti ne toleransi*. Kurang belajar aja.... *padahal nggak belajar sama sekali buat ujian*.
Pas pengumumuman, aku diterima di tes tahap II. Nilaiku 10. Bukan 10 sempurna.... Yang tertinggi di kelas VII, kalo nggak salah.... 23. Kelas VII nilai minimal 5. Kalo kelas VIII, nilai minimalnya 12.
Nah.... Pas di tahap II, aku ditanyain, kenapa pingin jabatan ini, menurutmu, OSIS itu kayak gimana? Wah, ndredeg dari ujung rambut sampe ujung kaki. Terus disuruh nyanyi. Habis nyanyi tu, badanku makin geter gitu... Keringetku masuk telinga. Rasanya aneh.

Habis wawancara itu, aku punya perasaan sedikit menyesal karena ikut OSIS. Pantes aja temenku yang punya kakak, kelas VIII nggak mau jadi OSIS. Mungkin udah ditakut-takutin. *tapi kakak nya ternyata ikut. takut dapet saingan kali, ya???*

Nah, tadi di sekolah, istirahat kedua habis makan dari kantin.... *kenyang bianget. glegeken dua kali di jalan, dua kali pula ditegur sama temenku karena nggak nutup mulut -___-"* Aku masuk kelas bareng temenku itu, Fira.
Aku masuk.... Temen-temenku yang ada di dalem kelas langsung....

"Weess.... ini dia yang jadi OSIS!"
"Traktir! Traktir!"
"Selamet ya!!!"
Berbagai teriakan menyambut. Aku cuma melongo sendiri. Aku jadi OSIS?
Melihat reaksi ku yang kosong, temenku-temenku kayaknya sadar, kalo orang yang di selametin malah enggak tau. "Aku jadi OSIS??" bisikku.
"Kamu tadi nggak denger di 'halo-halo' *maksudnya megaphone* tadi to???"
"HEH??!!" aku histeris sendiri. "Liat, yoo!!!" aku narik tangannya si Fira.

Di hall, di papan pengumuman, aku lihat kertas yang ditempel. Judulnya 'siswa yang lolos ujian tahap II OSIS'. Aku langsung nyari namaku.

Hoh. Ada.

Tanganku bergetar. Aku narik tangannya Fira langsung lari ke lapangan terus lompat-lompat nggak nggenah. Seneng. Tapi sebenarnya aku belum jadi pengurus OSIS. Aku hanya lolos tahap II dan maju tahap III. Yah.... seneng banget lah. Aku maju tahap III bareng Candra, temen kelasku.
Karena lompat-lompat, aku ditegur lagi sama si Fira. 'Kamu abis makan, nanti kamu sakit perut lho...'. Yah, nggak ku peduliin sebenernya. Tapi aku langsung jalan seperti orang normal lagi.

Sebenernya, rasa menyesalku karena ikut OSIS makin sedikit bertambah. Tapi, kalau mau mengundurkan diri, kok sayang banget gitu. Aku udah berhasil sampai tahap III. Dari tujuh anak yang ikut dari kelasku, cuma dua yang maju tes tahap III.
Aku mencoba untuk melihat sisi positifnya. Kalau aku ikut OSIS, aku punya pacuan buat dapet nilai bagus di seluruh pelajaran.

Besok Kamis aku harus izin ekstra lagi karena ikut tes. Semoga aja, aku berhasil.

Senin, 27 Agustus 2012

Lebaran 2012

Oke...
 Ini udah jauh dari lebaran ya, tapi nggak mungkin aku nggak mengucapkan 'selamat Idul Fitri' buat para pembaca blog konyolku ini...

Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan....
Taqobalallahu Minna Wa Minkum,
Mohon maaf lahir dan batin...

^___^