Rabu, 21 Maret 2012

FFHore 3 : Payung Ungu Amela

Namaku Amela. Umurku 12 tahun. Aku tinggal berdua dengan ibuku. Di rumah kontrakan yang tak seberapa bagus. Ibu bekerja sebagai buruh pabrik. Sedangkan aku mengamen setiap habis pulang sekolah. Uang yang kudapatkan biasanya cukup untuk makan satu hari. Dan uang ibuku, untuk membayar sekolahku, biaya listrik, kontrakan, dan kebutuhan sehari-hari.

Sore ini, setelah mengamen, aku langsung pulang ke rumah, dan mandi. Terasa segar di tubuh. Ibu tidak ada di rumah. Pergi arisan di rumahnya Bu Joko. Aku membuat teh di dapur. Dengan tiga sendok gula, aku suka teh manis. Kubawa ke teras. Dan duduk.

Rasanya, kalau aku sedang sendirian seperti ini, aku sering terbawa ke masa laluku. Ketiba Bapak masih ada, ketika Bapak masih jadi kepala keluarga kami. Tak tahu kenapa, kakiku berjalan ke arah keranjang payung. Tiba-tiba tanganku tergerak untuk mengambil payung berwarna ungu. Dan aku membukanya. Cepat-cepat kututup kembali. Aku tidak mau dianggap sedeng, gila. Panas-panas seperti ini kok membuka payung?

Payung ungu ini adalah satu-satunya barang yang diberikan Bapak sebelum meninggal. Makanya aku tak pernah memakainya, takut terjatuh, robek, dan sebagainya. Tapi tetap kurawat. Setiap minggu, kulap payung itu.

Air mataku menetes. Bapak dulu sering mengajakku jalan-jalan ke taman kota. Memotretku yang jatuh, menangis, tertawa, makan es krim, dan bergaya sambil membawa bunga. Membelikanku balon berwarna oranye, dan menyewa sepatu roda agar mau bermain.

Lalu Bapak membeli payung ini di jalan, karena tiba-tiba hujan deras. Sangat deras. Hingga tidak bisa pulang ke rumah. Saat itu tidak ada angkutan umum. Ojek pun tidak ada. Kami menunggu di gubuk reot yang mewah (mepet sawah). Kami pulang berpegangan sambil membawa payung.

Entah karena apa, angin kencang atau batu kerikil, yang membuat Bapak tersandung, dan jatuh di jalan. Lalu Bapak ditabrak oleh truk besar. Aku tidak tahu itu ilusi atau bukan. Kepala Bapak ..........



“Rani! Aku tidak mau membaca cerita buatanmu lagi kalau isinya yang seperti ini!” teriak Amela.

“Lha, memangnya kenapa, Mel?”

“Kau pakai namaku untuk tokoh seperti ini. Bapaknya meninggal dan kepalanya..... Iiiihhh!!!! Kau kan tahu aku takut darah, malah disuruh baca cerita seperti ini, lagi! Aku tidak mau melanjutkan membaca!”

“Aku memaksa karena aku meminjam namamu....”

“TIDAK MAU!” Amela berlalu pergi.

Sambil membawa payung ungu.

*******************************************************************

Aku telat ikut FFHore. Baru diberitahu hari Selasa atau Senin. Bikinnya mepet-mepet. Habis, nggak ide.....

3 komentar:

Latree mengatakan...

Hihi... Amela maunya dijadikan nama princess kali ya?

bunsal mengatakan...

Amela jadiin nama bintang KPop baru aja...^_^

Anonim mengatakan...

Haha ga ada ide aja nulisnya bisa bagus dan panjang pula. Mbok aku diajarin, Mbak Ibit.