Jumat, 15 Juni 2012

Kerudung Merah #15HariNgeblogFF2


Namanya Ratih. Aku sudah mengenalnya beberapa minggu yang lalu. Sebagai pendatang baru di daerah Danau Toba, tentu saja aku harus memiliki teman.
Ratih selalu menggunakan kerudung merah yang sama. Entah dia punya banyak stok atau hanya satu tapi dia gunakan terus tanpa dicuci. Sempat jijik aku memikirkannya. Tapi aku positive thinking aja. Anak baik dan pendiam seperti dia, mana mungkin benci kebersihan???
Setiap sore, kami duduk-duduk di tepian danau. Mengobrol ini-itu. Angin yang berhembus membuat kerudungnya bergoyang-goyang. Tampak sangat indah.
Suatu hari, aku meminta Ratih untuk mengajakku ke rumahnya.
“Ratih, kita main ke rumahmu yuk!”
“Nggak mau ah... Errr.... Rumahku...”
“Rumahmu kenapa, Tih...?”
“Rumahku... jelek.”
“Ahh... apa peduliku! Aku harus tau rumahmu dong! Kalo ada keperluan apa... kan aku nggak bisa beritahu kamu lewat telepati jarak jauh???”
Ratih terkikik.
“Lagipula, kau sudah pernah ke rumahku yang jelek kan? Aku yakin rumahku sepuluh kali lebih jelek dari rumahmu! Ayolah....”
“Oke, Ayu. Kita ke rumahku. Kita jalan sebentar, ya.”

Sampai di rumahnya, aku menyenggol Ratih. “Rumah sebagus ini kau sebut jelek?! Kau gila!” pujiku.
“Biasa saja, yuk masuk!”
Kami masuk ke dalam. Ibu Ratih mempersilahkan kami duduk lesehan di karpet. Beliau membawakan teh hangat dan biskuit cokelat.
“Sebentar, ibu ambilin wafer sama keripik ya!” Ibu Ratih berbalik ke dapur. Tapi segera kucegah.
“Nggak usah! Saya cuma sebentar, kok, disini. Cuma mau main sama Ratih.”
“Ya sudah... Ratih, Ibu ke kamar dulu ya...” dibalas oleh Ratih dengan anggukan kecil.
Setelah menghabiskan teh dan biskuit....
“Ke kamarmu yuk, Tih!”
“Mmmm.... iya...” kata Ratih ragu-ragu.
Kami berjalan menuju kamar Ratih yang dua kali lebih besar dari kamarku. Aku langsung menjatuhkan diri di kasurnya.
“Aku mau ke kamar mandi dulu. O iya, jangan buka lemari pojok itu ya. Jangan buka yang paling bawah. Ada rahasiaku disitu.” Ucap Ratih. Ratih lalu keluar kamar.
Setelah memastikan Ratih jauh dari kamar, aku langsung berlari ke lemari pojok. Karena dilarang Ratih membuka laci paling bawah, aku malah semakin penasaran. Surat cintakah isinya? Atau barang berharga? Bisa jadi isinya obat-obatan terlarang. Tapi, Ratih masih berumur 12 tahun. Sama sepertiku.
Aku berhenti berfikir. Tanpa pikir panjang lagi, perlahan-lahan aku menarik gagangnya. “Maaf ya, Ratih.....”
Saat dibuka, aku langsung melihat banyak botol yang serupa. Kuambil satu. Kubaca tulisannya. ‘Obat Penumbuh Rambut’.

Tidak ada komentar: