“Din!
Sini! Foto di situ sambil tangannya gini…. Buka! Nah, kalo dari sini keliatan
kamu lagi bawa air terjun!”
JEPRE
T! JEPRET!
“Lihat-lihat!
Wuiihhh…. Keren! Nge pas banget! Kamu berbakat! Sini! Kamu jongkok, bentar…. Kepalanya
pas in di bawah air terjun…. Satu, dua….”
JEPRET!
JEPRET! JEPRET!
“Hahaha!
Ceritane aku di grujuki pake air terjun!”
“Pinter
nebak kamu, Bim!”
Aku
langsung memotret-motret lagi air terjun Tawang Mangu dari berbagai sudut. Dina
menepuk bahuku. “Nanti aku ke kamar mandi dulu, ya!” Aku hanya mengangguk.
Kenapa nggak sekarang aja? Kenapa harus nanti? Batinku. Ngapain mikir? Paling
masalah perempuan… Aku asyik memotret orang-orang yang sedang menikmati
kesejukan air terjun. Aku tertarik pada anak setengah telanjang yang sedang
akan melompat ke dalam air.
Puas
jeprat jeprit jeprut jepret jeprot, aku langsung menggenggam tangan Dina yang
kecil dan kurus. “Kita mendekat ya, Din!” Dina diam. Paling tangan yang satunya
masih dibuat jeprat jepret.
Sudah
cukup dekat dengan air terjun, sudah merasakan cipratan air yang sejuk, aku
memotret lagi. Ku zoom dedaunan yang ada di sebelahnya. Ku fokuskan pada
air-air yang ada di atas dedaunan. Tampak cantik dilihat. Kalau dijual di
kampus, pasti laku deh! Anak-anak kan pada sok ngerti pemandangan…
Ku
pikir Dina juga sibuk memotret. Tapi kenapa dia diam saja? Biasanya ngomong
terus sampe bibirnya dowerrrr….. werrr….. weerrr…. Langsung kubalikkan badanku.
“Din, kowe nopo….” Dia bukan Dina. “to…???”
“Halo,
cayang…. Muah! Sini, aku sun! Mau cipika-cipiki???”
…………………….
Aku
langsung tengok kanan-tengok kiri. Dina ada di toilet, pasti! Aku ambil
ancang-ancang untuk berlari. Pasti susah berlari di tempat licin seperti ini.
“BANCIIII!!!!!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar